Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Abu
Bakar Sidiq memiliki seorang pembantu yang kesehariannya bertugas
menyiapkan makan dan minum. Karena sifat kehati-hatian Abu Bakar, setiap
ia mau menyantap makanan ia selalu bertanya ke pembantunya itu, “Dari
manakah makanan ini didapatkan?”. Pada suatu hari, saat Abu Bakar
berbuka puasa sunnah, ia lupa menanyakan asal usul makanan yang baru
saja dimakannya. Ia baru ingat setelah semua makanan berada dalam
perutnya. Karuan, langsung saja ia menanyakan kepada pembantunya, “Dari
mana makanan ini ?”. Si pembantupun menjawab, “Tadi pagi kebetulan saya
bermain-main ke pasar dan bertemu pasien lama saya. Karena saya pernah
membantu meramal dia dan hasilnya manjur, dia memberikan saya hadiah
berupa makanan ini”.
Mendengar jawaban ini Abu Bakar marah
dan berkata, “Aduh celaka…, kenapa engkau beri aku makanan yang tidak
halal?”. Abu Bakar langsung memasukkan dua jari tangan ke mulutnya untuk
mengeluarkan makanan tersebut. Namun apa daya makanan itu terlanjur di
perut dan tidak bisa dikeluarkan. Abu Bakar lantas mengambil minuman dan
meneguknya agar bisa mengeluarkan makanan itu. Akhirnya setelah meneguk
tiga gelas air, makanan itu pun dapat dimuntahkan. Abu Bakar berkata,
“Karena engkau, hampir saja saya menjadi penghuni neraka“.
Saudaraku seiman, inilah ajaran Islam. Satu suap makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang, akan diperhitungkan di akhirat kelak. Saat ada makanan yang tidak halal masuk ke dalam tubuh dan menjadi daging, maka neraka lebih pantas baginya. Termasuk makanan yang diperoleh dengan cara korupsi.
Sungguh ironi, bangsa Indonesia yang
sebagian besar penduduknya beragama Islam, menduduki indeks korupsi
tertinggi dibandingkan bangsa lain. Seharusnya orang Indonesia lebih
sholeh dibandingkan bangsa lain yang tidak beragama Islam. Dan ironisnya
lagi, penyakit korupsi ini telah dilakukan secara bersama-sama dan
sistematis. Bukan lagi korupsi satu suap makanan, namun korupsi
berjuta-juta suap.
Sebagai pengikut ajaran islam,
seharusnya bisa sekuat tanaga melaksanakan ajaran islam dengan sepenuh
hati dan sempurna. Janganlah mengikuti langkah syetan dan hawa nafsu,
karena sesungguhnya ia menyesatkan dan menjadi musuh orang beriman.
Ber-Islam tidak sekedar sholat berjamaah, sedekah, berhaji namun juga
harus sholeh dalam akhlak sosial, salah satunya menghindari perkara yang
dianggap korupsi.
Berhati-hatilah dengan godaan korupsi, hadiah, pelicin dan suap menyuap. Biasanya orang sangat gampang mengatakan perkara korupsi, seolah-olah dirinya suci dan bersih, karena pada dasarnya ia tidak memiliki kesempatan. Namun saat kesempatan muncul, yang tadinya Haram menjadi Harum. Korupsi akan mengotori semua kebaikan kita, seperti halnya air putih dikasih setetes bir, dan menjadi kotor.
Nabi pernah mengatakan, di hari kiamat
kelak akan ada orang yang datang kepada Alloh dengan banyak pahala. Akan
tetapi saat disodorkan kepada Alloh, pahala itu menjadi debu dan
musnah, lalu orang itu dilemparkan ke dalam neraka. Sahabat bertanya,
bagaimana mungkin hal itu terjadi?. Nabi menjawab, “Mereka itu
kelihatannya rajin sholat, zakat, haji, umrah, dan ibadah lainnya, namun
saat disodorkan kepadanya sesuatu yang haram, maka orang itu
mengambilnya juga. Maka Alloh menjadikan pahala itu batal dan sia-sia”.
Ada pula kisah yang menceritakan seorang
sholeh dan ustadz meninggal dunia. Di malam pertama setelah meninggal,
salah seorang muridnya bermimpi bertemu gurunya. Murid itu melihat
gurunya dipermasalahkan dan tidak bisa masuk ke surga. Sang murid
bertanya, “Wahai guruku, kenapa engkau dipermasalahkan untuk masuk ke
surga?”. Sang guru menjawab, “Iya, sebab saya pernah memimjam satu jarum
untuk memperbaiki baju, dan jarum itu belum saya kembalikan”.
Semoga bermanfaat ...
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814
0 komentar:
Post a Comment