Monday, February 18, 2013

Nasehat Diri

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Abu Bakar Sidiq memiliki seorang pembantu yang kesehariannya bertugas menyiapkan makan dan minum. Karena sifat kehati-hatian Abu Bakar, setiap ia mau menyantap makanan ia selalu bertanya ke pembantunya itu, “Dari manakah makanan ini didapatkan?”. Pada suatu hari, saat Abu Bakar berbuka puasa sunnah, ia lupa menanyakan asal usul makanan yang baru saja dimakannya. Ia baru ingat setelah semua makanan berada dalam perutnya. Karuan, langsung saja ia menanyakan kepada pembantunya, “Dari mana makanan ini ?”. Si pembantupun menjawab, “Tadi pagi kebetulan saya bermain-main ke pasar dan bertemu pasien lama saya. Karena saya pernah membantu meramal dia dan hasilnya manjur, dia memberikan saya hadiah berupa makanan ini”.

Mendengar jawaban ini Abu Bakar marah dan berkata, “Aduh celaka…, kenapa engkau beri aku makanan yang tidak halal?”. Abu Bakar langsung memasukkan dua jari tangan ke mulutnya untuk mengeluarkan makanan tersebut. Namun apa daya makanan itu terlanjur di perut dan tidak bisa dikeluarkan. Abu Bakar lantas mengambil minuman dan meneguknya agar bisa mengeluarkan makanan itu. Akhirnya setelah meneguk tiga gelas air, makanan itu pun dapat dimuntahkan. Abu Bakar berkata, “Karena engkau, hampir saja saya menjadi penghuni neraka“.

Saudaraku seiman, inilah ajaran Islam. Satu suap makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang, akan diperhitungkan di akhirat kelak. Saat ada makanan yang tidak halal masuk ke dalam tubuh dan menjadi daging, maka neraka lebih pantas baginya. Termasuk makanan yang diperoleh dengan cara korupsi.
Sungguh ironi, bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, menduduki indeks korupsi tertinggi dibandingkan bangsa lain. Seharusnya orang Indonesia lebih sholeh dibandingkan bangsa lain yang tidak beragama Islam. Dan ironisnya lagi, penyakit korupsi ini telah dilakukan secara bersama-sama dan sistematis. Bukan lagi korupsi satu suap makanan, namun korupsi berjuta-juta suap.

Sebagai pengikut ajaran islam, seharusnya bisa sekuat tanaga melaksanakan ajaran islam dengan sepenuh hati dan sempurna. Janganlah mengikuti langkah syetan dan hawa nafsu, karena sesungguhnya ia menyesatkan dan menjadi musuh orang beriman. Ber-Islam tidak sekedar sholat berjamaah, sedekah, berhaji namun juga harus sholeh dalam akhlak sosial, salah satunya menghindari perkara yang dianggap korupsi.

Berhati-hatilah dengan godaan korupsi, hadiah, pelicin dan suap menyuap. Biasanya orang sangat gampang mengatakan perkara korupsi, seolah-olah dirinya suci dan bersih, karena pada dasarnya ia tidak memiliki kesempatan. Namun saat kesempatan muncul, yang tadinya Haram menjadi Harum. Korupsi akan mengotori semua kebaikan kita, seperti halnya air putih dikasih setetes bir, dan menjadi kotor.

Nabi pernah mengatakan, di hari kiamat kelak akan ada orang yang datang kepada Alloh dengan banyak pahala. Akan tetapi saat disodorkan kepada Alloh, pahala itu menjadi debu dan musnah, lalu orang itu dilemparkan ke dalam neraka. Sahabat bertanya, bagaimana mungkin hal itu terjadi?. Nabi menjawab, “Mereka itu kelihatannya rajin sholat, zakat, haji, umrah, dan ibadah lainnya, namun saat disodorkan kepadanya sesuatu yang haram, maka orang itu mengambilnya juga. Maka Alloh menjadikan pahala itu batal dan sia-sia”.

Ada pula kisah yang menceritakan seorang sholeh dan ustadz meninggal dunia. Di malam pertama setelah meninggal, salah seorang muridnya bermimpi bertemu gurunya. Murid itu melihat gurunya dipermasalahkan dan tidak bisa masuk ke surga. Sang murid bertanya, “Wahai guruku, kenapa engkau dipermasalahkan untuk masuk ke surga?”. Sang guru menjawab, “Iya, sebab saya pernah memimjam satu jarum untuk memperbaiki baju, dan jarum itu belum saya kembalikan”.

Semoga bermanfaat ...

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

0 komentar:

Post a Comment

Visitors