Thursday, February 21, 2013

Ibu Sekuat Seribu Laki-laki


Disebuah masjid di perkampungan Mesir, suatu sore. Seorang guru mengaji sedang mengajarkan murid-muridnya membaca Al-Qur'an. Mereka duduk melingkar & berkelompok. Tiba-tiba, masuk seorang anak kecil yg ingin bergabung dilingkaran mereka. Usianya kira-kira 9 tahun. Sebelum menempatkannya di satu kelompok, sang guru ingin tahu kemampuannya. Dengan senyumnya yg lembut, ia bertanya pada anak yg baru masuk tadi, " adakah surat yg kamu hafal dalam Al-Qur'an?" "Ya," jawab anak itu singkat.


" Kalau begitu, coba hafalkan salah satu surat dari juz 'Amma?' pinta sang guru. Anak itu lalu menghafalkan beberapa surat, fasih & benar. Merasa anak tersebut punya kelebihan, guru itu bertanya lagi,"Apakah kamu hafal surat Tabaraka?"(Al-Mulk) "Ya,"jawabnya lagi, & segera membacanya. Baik & lancar. Guru itu pun kagum dengan kemampuan hapalan si anak, meski usianya terlihat lebih belia ketimbang murid-muridnya yang ada.



Dia pun coba bertanya lebih jauh, "kamu hapal surat An-Nahl?" Ternyata anak itu pun menghapalnya dengan sangat lancar, sehinggal kekagumannya semakin bertambah. Lalu ia pun coba mengujinya dgn surat-surat yg lebih panjang. "Apakah kamu hapal surat Al-Baqarah?" anak itu kembali mengiyakan dan langsung membacanya tanpa sedikitpun kesalahan. dan rasa ingin menutup penasaran itu dgn pertanyaan terakhir,"Anakku, apakah kamu hapal Al-Qur'an ?" "Ya," tutur polosnya. Mendengar jawaban itu, seketika ia mengucapkan, "Subhanallah wa masyaallah, tabarakkallah"



Disaat hari menjelang magrib, sebelum guru tersebut membubarkan anak-anak mengaji,secara khusus ia berpesan kepada murid barunya," Besok,kalau kamu datang kembali kemasjid ini, tolong ajak juga orang tuamu. Aku ingin b'kenalan dengannya. Esok harinya, ia kembali datang ke masjid. Kali ini ia bersama ayahnya, seperti pesan si guru ngaji kepadanya. Melihat ayah dari anak tersebut, sang guru bertambah penasaran karna sosoknya yang sama sekali tidak memberi kesan alim, terhormat & pandai. Belum sempat dia bertanya, ayah si anak sudah menyapa keheranannya terlebih dahulu, "Aku tahu, mungkin Anda tidak percaya bahwa aku ini adalah ayah dari anak ini. Tapi rasa heran Anda akan aku jawa, bahwa dibelakang ini ada seorang ibu yang sekuat seribu laki-laki. Aku katakan pada anda bahwa dirumah, aku masih punya 3 anak lagi yang semuanya hapal Al-Qur'an. Ansk perempuanku yg kecil berusia 4 tahun, dan sekarang sudah hapal juz Amma".



"Bagaiman ibu bisa lakukan itu?" tanya si guru tanpa bisa menyembunyikan kekagumannya." Ibu mereka, ketika anak-anak itu sudah memulai bisa bicara, ia mulai pula membimbingnya menghapal Al-Qur'an dan selalu memotivasi mereka melakukan itu. Tak pernah berhenti dan tak pernah bosan. Dia selalu katakan kepada mereka,"Siapa yg hapal lebih dulu, dialah yg menentukan makan malam ini,"Siapa yg paling cepat mengulangi hapalannya, dialah yg berhak memilih kemana qta berlibur pekan depan" dan siapa yg paling dulu menghatamkan hapalannya dialah yg menentukan kemana qta jalan-jalan pada liburan nanti." Itulah yg selalu dilakukan ibunya, sehingga tercipta semangat bersaing dan berlomba-lomba antara mereka untuk memperbanyak dan mengulang-ulang hapalan Al-Qur'an mereka," jelas si ayah memuji istrinya.



Sebuah keluarga biasa yang bisa melahirkan anak-anak yang luar biasa.Karka energi seorang ibu yang biasa.Setiap qta dan semua orang tua tentu bercita-cita anak-anaknya menjadi generasi yang shalih, cerdas dan membanggakan. Tetapi tentu saja hal itu tidaklah mudah. Apalagi membentuk anak-anak itu mencintai & mencintai Al-Qur'an. Butuh perjuangan, perlu kekuatan. Mesti tekun & sabar melawan rasa letih dan susah tanpa kenal batas. Maka wajar jika si ayah mengatakann,"Dibelakang anak ini ada seorang ibu yang kekuatannya sama dengan seribu laki-laki."



Ya, perempuan yang telah melahirkan anak itu memang begitu kuat & perkasa. Sebab membuat permulaan yang baik untuk kehidupan anak-anak, sekali lagi tidak mudah. Hanya orang-orang yang punya kemauan & motivasi yang bisa melakukannya. Dan tentu saja modal pertamanya adalah keshalihan diri. Tidak ada yang lain. Ibu si anak cerdas ini, kira-kira dialah cerminan seorang perempuan shalihah yang menularkan keshalihannya ke dalam kehidupan rumah tangganya. Dialah contoh perempuan yang pernah diwasiatkan Rasulullah saw kepada kaum laki-laki untuk mereka jadikan pendamping hidup diantara sekian banyak wanita. Dengan menangggalkan prioritas harta, kecantikan & keturunannya, seperti sabda Rasulullah saw, "Wanita dinikahi karna 4 perkara : karena hartanya, keturunannya. kecantikkannya, & agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung."(HR.Bukhari & Muslim).



Perempuan yang dikenalkan kepada kita dalam cerita diatas, dia sebenarnya tidak memulai kerja kerasnya ketika anak-anaknya baru belajar bicara.Tidak. Tapi jauh sebelum itu, energinya telah ia tumpahkan untuk mengakrabkan mereka dengan bacaan-bacaan Al-Qur'an saat mereka masih janin. Dalam kondisi kehamilannya yang tentu saja berat. Ibu ini hampir setiap hari selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an, memperdengarkannya janin yang ada dirahimnya, dalam keadaan berbaring, duduk/pun bersandar. Perjuangan itulah yg berat tapi itu pulalah yg kemudian memudahkan lidah anak-anaknya sanggup merangkai kata demi kata dari ayat-ayat Al-Qur'an, saat mereka sebenarnya baru mulai belajar bicara.

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Tuesday, February 19, 2013

Kisah Pilu Anak SD

Kisah ini sungguh mengharukan. Aku berharap ia dapat memberikan pelajaran dan hikmah bagi semuanya. Ini adalah kisah seorang putri yang duduk di sekolah dasar bersama kepala sekolahnya. Sebuah kisah nyata yang terjadi di zaman ini.

Anak ini selalu berangkat ke sekolah setiap hari dengan disiplin tanpa pernah mengenal lelah. Sebenarnya ia juga juga bukanlah seorang siswa yang terlalu menonjol. Tapi ia selalu berusaha keras mengerahkan kemampuannya untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Gadis kecil ini benar-benar berjuang hingga batas puncak kemampuannya.

Tukang bersih-bersih sekolah memperhatikan gadis kecil ini selalu masuk ke sekolah dengan membawa tas yang tidak penuh dengan bawaan, namun selalu pulang dengan tas yang telah penuh dengan bawaan!! Hal itu menarik perhatian si Tukang bersih-bersih tersebut.

Maka selama beberapa pekan, ia terus mengawasi gadis kecil ini dan ia tetap menyaksikan pemandangan yang sama.

Hal itu menyebabkan si Tukang bersih-bersih itu melapor kepada lbu kepala sekolah tentang semua yang dilihatnya. Akibatnya lbu kepala sekolah pun meminta gadis kecil itu untuk menemuinya setelah jam sekolah usai.

Gadis kecil itupun datang dengan tas yang penuh seperti biasanya. lbu kepala sekolah segera memintanya untuk membuka tas itu. la ingin tahu mengapa tas itu bisa penuh. Gadis kecil itupun membuka tasnya.

Menurut Anda, apakah yang ada di dalam tas sekolah gadis kecil itu? Tas itu berisi serpihan-serpihan roti dan sandwich sisa-sisa makanan murid-murid lain yang tersisa! Yah, gadis kecil itu mengumpulkan sisa-sisa makanan itu untuk dibawanya pulang agar bisa dimakan oleh adik-adik kecilnya, oleh ibunya di rumah.

Apakah Anda sudah membayangkan keadaannya? Duhai, segala puji bagi Allah atas semua nikmat dan kesehatan.

Pesanku untuk anda semua, jangan pernah ragu-ragu untuk mengeluarkan sedekah dan zakat anda. Di sana ada banyak sekali orang-orang miskin yang membutuhkan. Aku harap kalian mau berkorban untuk melakukan kebaikan, sebelum semuanya terlambat.

Sumber: Chicken Soup For Muslimah, Qashash Mu’atstsirah Jiddan lil Fatayat, ALi bin Husain Sindi, Penerbit Sukses Publishing

Apakah Kita Bisa?

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :

” Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita…? “

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata : ” Tidak, nak… “

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi…

” Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun…?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

” Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan…?”

Ayahnya tertawa… ” Mungkin tidak bisa juga, nak…”

” OK ayah, ini yang terakhir kali…

Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja…?”

Akhirnya ayahnya mengangguk. “Kemungkinan besar, bisa nak…”

Anak ini tersenyum lega…

” Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah…
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar… “

Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati. Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini. Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun. Akan menjadikan kita terbiasa…

Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat. Dan sifat akan berubah jadi karakter.

HIDUPLAH 1 JAM TANPA :
Tanpa kemarahan,
Tanpa hati yang jahat,
Tanpa pikiran negatif,
Tanpa menjelekkan orang,
Tanpa keserakahan,
Tanpa pemborosan,
Tanpa kesombongan,
Tanpa kebohongan,
Tanpa kepalsuan…

Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya.. .

HIDUPLAH 1 JAM DENGAN :
Dengan kasih sayang kpd sesama…
Dengan damai,
Dengan kesabaran,
Dengan kelemah lembutan,
Dengan kemurahan hati,
Dengan kerendahan hati..
Dengan ketulusan..
Dan Mulailah dari Jam ini…
Sumber : http://www.facebook.com/doa.harian

Monday, February 18, 2013

Nasehat Diri

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, Abu Bakar Sidiq memiliki seorang pembantu yang kesehariannya bertugas menyiapkan makan dan minum. Karena sifat kehati-hatian Abu Bakar, setiap ia mau menyantap makanan ia selalu bertanya ke pembantunya itu, “Dari manakah makanan ini didapatkan?”. Pada suatu hari, saat Abu Bakar berbuka puasa sunnah, ia lupa menanyakan asal usul makanan yang baru saja dimakannya. Ia baru ingat setelah semua makanan berada dalam perutnya. Karuan, langsung saja ia menanyakan kepada pembantunya, “Dari mana makanan ini ?”. Si pembantupun menjawab, “Tadi pagi kebetulan saya bermain-main ke pasar dan bertemu pasien lama saya. Karena saya pernah membantu meramal dia dan hasilnya manjur, dia memberikan saya hadiah berupa makanan ini”.

Mendengar jawaban ini Abu Bakar marah dan berkata, “Aduh celaka…, kenapa engkau beri aku makanan yang tidak halal?”. Abu Bakar langsung memasukkan dua jari tangan ke mulutnya untuk mengeluarkan makanan tersebut. Namun apa daya makanan itu terlanjur di perut dan tidak bisa dikeluarkan. Abu Bakar lantas mengambil minuman dan meneguknya agar bisa mengeluarkan makanan itu. Akhirnya setelah meneguk tiga gelas air, makanan itu pun dapat dimuntahkan. Abu Bakar berkata, “Karena engkau, hampir saja saya menjadi penghuni neraka“.

Saudaraku seiman, inilah ajaran Islam. Satu suap makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang, akan diperhitungkan di akhirat kelak. Saat ada makanan yang tidak halal masuk ke dalam tubuh dan menjadi daging, maka neraka lebih pantas baginya. Termasuk makanan yang diperoleh dengan cara korupsi.
Sungguh ironi, bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, menduduki indeks korupsi tertinggi dibandingkan bangsa lain. Seharusnya orang Indonesia lebih sholeh dibandingkan bangsa lain yang tidak beragama Islam. Dan ironisnya lagi, penyakit korupsi ini telah dilakukan secara bersama-sama dan sistematis. Bukan lagi korupsi satu suap makanan, namun korupsi berjuta-juta suap.

Sebagai pengikut ajaran islam, seharusnya bisa sekuat tanaga melaksanakan ajaran islam dengan sepenuh hati dan sempurna. Janganlah mengikuti langkah syetan dan hawa nafsu, karena sesungguhnya ia menyesatkan dan menjadi musuh orang beriman. Ber-Islam tidak sekedar sholat berjamaah, sedekah, berhaji namun juga harus sholeh dalam akhlak sosial, salah satunya menghindari perkara yang dianggap korupsi.

Berhati-hatilah dengan godaan korupsi, hadiah, pelicin dan suap menyuap. Biasanya orang sangat gampang mengatakan perkara korupsi, seolah-olah dirinya suci dan bersih, karena pada dasarnya ia tidak memiliki kesempatan. Namun saat kesempatan muncul, yang tadinya Haram menjadi Harum. Korupsi akan mengotori semua kebaikan kita, seperti halnya air putih dikasih setetes bir, dan menjadi kotor.

Nabi pernah mengatakan, di hari kiamat kelak akan ada orang yang datang kepada Alloh dengan banyak pahala. Akan tetapi saat disodorkan kepada Alloh, pahala itu menjadi debu dan musnah, lalu orang itu dilemparkan ke dalam neraka. Sahabat bertanya, bagaimana mungkin hal itu terjadi?. Nabi menjawab, “Mereka itu kelihatannya rajin sholat, zakat, haji, umrah, dan ibadah lainnya, namun saat disodorkan kepadanya sesuatu yang haram, maka orang itu mengambilnya juga. Maka Alloh menjadikan pahala itu batal dan sia-sia”.

Ada pula kisah yang menceritakan seorang sholeh dan ustadz meninggal dunia. Di malam pertama setelah meninggal, salah seorang muridnya bermimpi bertemu gurunya. Murid itu melihat gurunya dipermasalahkan dan tidak bisa masuk ke surga. Sang murid bertanya, “Wahai guruku, kenapa engkau dipermasalahkan untuk masuk ke surga?”. Sang guru menjawab, “Iya, sebab saya pernah memimjam satu jarum untuk memperbaiki baju, dan jarum itu belum saya kembalikan”.

Semoga bermanfaat ...

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Nama-Nama Bayi Islami

Sangat penting bagi kita untuk memberikan nama pada bayi dengan nama yang bagus dan mengetahui arti dari nama itu sendiri. Berikut nama-nama bayi islami dengan artinya.
 
A    
  • Abbas          Singa
  • Abdullah      Hamba Allah
  • Abdul Aziz     Hamba Allah yang maha perkasa
  • Abdul Bashir     Hamba Allah yang maha melihat
  • Abid     Orang yang beribadah
  • Abidah     Beradab
  • Abidin     Orang yang beragama
  • Abu     Ayah
  • Aufa     Lebih Cepat
  • Azhar     Lebih cerah, bunga-bunga
  • Azmi     Berhati teguh
  • Azzam     Kebulatan tekad
B    
  • Ba'ats     Kebangkitan
  • Badar     Bulan purnama
  • Badi     Indah
  • Badilah     Pengganti
  • Bahiyah     Indah sekali
  • Bahy     Yang tampan
  • Bainah     Bukti nyata
  • Baitah     Rumah indah
  • Burhan     Bukti (dalil), cahaya
  • Burhannuddin     Cahaya agama
  • Busyr     Wajah yang berseri
D    
  • Daar     Rumah, tempat
  • Daim     Terus menerima selamanya
  • Dalal     Perantara jual beli, petunjuk
  • Daris     Pembaca
  • Darobah     Melatih
  • Darif     Orang yang arif
  • Dhahir     Lembah yang indah
  • Dzakwan     Sangat cerdas, harum semerbak
  • Dzaki     Cerdas
  • Dzulfiqar     Pengelana, pengembara
F    
  • Faad     Manfaat
  • Fahmi     Pemahaman
  • Fairuz     Permata
  • Faiz     Menang
  • Farid     Batu permata
  • Faris     Penunggang kuda
  • Fariq     Jelas perbedaannya
  • Fuad     Hati, akal
  • Furod     Air yang segar
  • Furu'     Hukum kewajiban agama
G    
  • Gadi     Tuhan adalah penuntunku
  • Gafar     Pengampun
  • Gaflat     Kelalaian
  • Gamal     Onta
  • Ghanimah     Penghasilan
  • Gharizah     Naluri
  • Ghazali     Secepat kijang
  • Ghazah     Sasaran
  • Ghazalah     Saat matahari terbit
  • Ghufron     Pengampun
H    
  • Habib     Kekasih, yang dicintai
  • Habibah     Kekasih tersayang, sosok kesayangan
  • Habibi     Kesayanganku
  • Hanbal     Murni
  • Hanif     Tunduk
  • Haris     Cinta, rindu
  • Hasna     Cantik, molek
  • Huriyah     Bidadari surga, wanita yang cantik
  • Huwaidah     Lemah lembut
  • Hylmi     Penyabar
I    
  • Ibni     Anak laki-laki
  • Ibnu     Anak laki-laki dari …
  • Ibra     Pembebasan dari tanggung jawab
  • Imad     Arus utama
  • Imamah     Kepemimpinan
  • Imani     Keimanan, berpikir sabar (baik)
  • Istislah     Bermanfaat
  • Isyraf     Kemuliaan, pengawasan
  • Isytiak     Perasaan cinta kepada Allah
  • Izdihar     Berkilau
J    
  • Ja'at     Tumbuh-tumbuhan berbunga biru muda
  • Jabal     Gunung
  • Jabar     Mempunyai kekuasaan dan kekuatan
  • Jamilah     Cantik, rupawan
  • Jamal     Indah
  • Jamhur     Ahli ilmu pengetahuan
  • Juhariah     Lantang serta nyaring
  • Juman     Mutiara
  • Jumanah     Mutiara
  • Junainah     Kebun indah
K    
  • Kabir     Besar, mengayuh
  • Kadhim     Menahan diri
  • Kadariyah     Mempunyai kekuasaan mutlak
  • Kafarat     Denda yang harus di bayar
  • Khafi     Yang tersembunyi
  • Khafid     Orang yang hafal Al-Qur'an
  • Khair     Baik sekali
  • Khulud     Keabadian
  • Khufu     Kesamaan derajat
  • Kusala     Malas
L    
  • Labib     Yang berakal cerdik
  • Labibah     Sehat akal, cerdas
  • Laili     Malam, mutiara
  • Lateef     Menyenangkan
  • Lathifah     Lemah lembut
  • Leila     Wanita cantik berambut hitam
  • Lujman     Bukit yang datar
  • Luqman     Orang yang bijaksana
  • Luqyanah     Perjumpaan
  • Luthfi     Lembut
M    
  • Ma'a     Bersama
  • Mahar     Mas kawin, pemberian, mahar
  • Mahmud     Yang terpuji
  • Mahful     Yang tersimpan di dalam hati, yang dihafal
  • Miftah     Kunci pembuka
  • Mubarak     Yang diberkati
  • Muhami     Pengacara
  • Mustafa     Pilihan
  • Mustajab     yang terkabul doanya
  • Mutawakkil     Yang bertawakal
N    
  • Naba     Berita besar
  • Nabilah     Mahir cerdas
  • Nadiah     Awal dari sesuatu
  • Nada     Embun
  • Nailah     Yang suka memberi
  • Naifah     Berkedudukan tinggi
  • Najmi     Bintang
  • Nur     Cahaya
  • Nuraini     Cahaya mataku
  • Nuzul     Turun
Q    
  • Qabil     Cakap
  • Qadama     Dahulu, pemberani
  • Qamar     Rembulan
  • Qamariah     Berdasarkan bulan
  • Qanitah     Taat, berbakti
  • Qari'     Orang laki-laki yang membaca Al-Qur'an
  • Qurratu'ain     Sedap dipandang mata
  • Qurunulbahri     Mutiara
  • Quyunun     Tukang besi
  • Qatrunada     Tetesan embun
R    
  • Raad     Petir, halilintar
  • Rabiah     Subur
  • Rafa     Bahagia
  • Rafi     Yang tinggi, mulia
  • Raihanah     Wanita yang baik jiwanya
  • Ridwan     Kerelaan
  • Rifa'     Setuju, sepakat, mufakat
  • Rijal     Orang laki-laki
  • Ruwaidah     Berhati-hati
  • Ruzza     Nasi
S    
  • Sa'adah     Yang berbahagia
  • Sabar     Tenang, tidak mudah
  • Sadiya     Beruntung
  • Sadira     Bintang
  • Saifani     Pedang kembar
  • Salamah     Keselamatan
  • Salwa     Madu
  • Shidiq     Selalu membenarkan
  • Syakirah     Orang yang suka bersyukur
  • Syarif     Mulia
T    
  • Tabina     Pengikut nabi Muhammad
  • Ta'aruf     Perkenalan
  • Tabarak     Mendapat berkah maha suci
  • Tahira     Perawan
  • Talitha     Gadis muda belia
  • Taufiq     Pertolongan Allah
  • Tsabit     Yang tetap
  • Tsany     Kedua
  • Tsaqib     Jitu
  • Tsarwah     Kekayaan
U    
  1. Ubadah     Berbakti kepada Tuhan
  2. Ubaidah     Menyerahkan segalanya kepada Allah
  3. Ufuk     Kaki langit
  4. Ujub     Rasa bangga
  5. Ulfah     Pemberani
  6. Ulima     Kebijaksanaa
  7. Ummiyah     Harapan
  8. Uzlah     Mengasingkan diri untuk beribadah
V    
  • Vega     Bintang jauh
  • Verda     Mudah, segar
  • W    
  • Wa'ad     Janji
  • Wafi     Sempurna
  • Wafa     Wahyu
  • Wahid     Pemberi
  • Wahyu     Petunjuk dari Allah
  • Wasi'     Luas, menguasai
  • Wastiqah     Yang benar
  • Wifa'     Persetujuan
  • Wijdaniah     Pencapaian melalui batin
  • Wijdan     Perasaan, kegembiraan, kasih sayang, kekayaan
Y    
  • Yaasir     Orang yang mudah
  • Yafi     Tinggi dan terhormat
  • Yafiah     Mudah dan tinggi
  • Yamnah     Yang berada di tangan
  • Yasaminah     Bungan melati
  • Yumna     Yang memperoleh berkah
  • Yusriyah     Yang sangat mudah, yang sangat kaya
  • Yusr     Kemudahan, kekayaan
  • Yazid     Semakin bertambah
  • Yakin     Percaya
Z    
  • Zahirah     Bercahaya
  • Zaad     Menambah
  • Zahran     Berkilauan
  • Zaidah     Tambahan, yang berkembang
  • Zaki     Bersih, membersihkan diri
  • Zakiyah     Yang baik
  • Zain     Hiasan, bagus
  • Zhan     Prasangka, kecurigaan
  • Zarifah     Bibit
  • Zufar     Pemberani

Sunday, February 17, 2013

10 Bersaudara Penghafal Al-Qur’an dari Indonesia

Setiap orang tua muslim pasti ingin memiliki anak-anak yang hafal Al-Qur’an dan berprestasi. Apalagi para kader dakwah yang sangat menyadari bahwa keluarga merupakan sasaran dakwah yang kedua; ishlahul usrah, setelah ishlahul fardi. Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an ini merupakan sebuah karya yang –seperti kata Ustadz Yusuf Mansur- akan menginspirasi banyak keluarga di tanah air. Ternyata membesarkan anak di masa sekarang untuk menjadi hafiz Al-Qur’an bukan sesuatu yang mustahil.

Buku ini adalah kisah nyata sebuah keluarga muslim di Indonesia. Keluarga dakwah. Keluarga yang mampu menjadikan 10 orang buah hati mereka sebagai anak-anak yang shalih, hafal Al-Qur’an dan berprestasi. Keluarga luar biasa itu adalah pasangan suami istri Mutammimul Ula dan Wirianingsih beserta 10 putra-putri mereka. Yang lebih luar biasa lagi adalah, kedua orang tua ini tergolong super sibuk dengan berbagai aktifitas dakwahnya. Mutammimul Ula adalah anggota DPR RI dari fraksi PKS. Sedangkan Wirianingsih adalah Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS sekaligus Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan Ketua Umum PP Salimah (Persaudaraan Muslimah) yang cabangnya sudah tersebar di 29 propinsi dan lebih dari 400 daerah di Indonesia.
10 bersaudara bintang Al-Qur’an itu adalah :

Anak Pertama (Sulung)

Afzalurahman Assalam
Putra pertama. Hafal Al-Qur’an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai pesertaPertamina Youth Programme 2007.

Anak Kedua

Faris Jihady Hanifa
Putra kedua. Hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.

Anak Ketiga

Maryam Qonitat
Putri ketiga. Hafal Al-Qur’an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.

Anak Keempat

Scientia Afifah Taibah
Putri keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur’an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.

Anak Kelima

Ahmad Rasikh ‘Ilmi
Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur’an, dan duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.

Anak Keenam

Ismail Ghulam Halim
Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur’an, dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.

Anak Ketujuh

Yusuf Zaim Hakim
Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur’an dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.

Anak Kedelapan

Muhammad Syaihul Basyir
Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur’an, Bogor. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada saat kelas 6 SD.

Anak Kesembilan

Hadi Sabila Rosyad
Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an. Diantara prestasinya dalah juara I lomba membaca puisi.

Anak Kesepuluh (Bungsu)

Himmaty Muyassarah
Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur’an.

Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an ini tidak hanya berisi bagaimana putra-putri Mutammimul Ula dan Wirianingsih menjadi penghafal Al-Qur’an. Di bagian pendahuluan terlebih dahulu dibahas Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur’an sampai Akhir Zaman. Meliputi pembagian Al-Qur’an, Al-Qur’an sebagai Mukjizat, Sejarah Turunnya Al-Qur’an Kodifikasi Al-Qur’an, sampai Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur’an.

Pada bab 5 juga dibahas mengapa menjadi hafiz Al-Qur’an begitu penting. Penulis mengklasifikasikann ya menjadi 2 bagian: fadhail dunia dan fadhail akhirat. Fadhail dunia antara lain: hifdzul Qur’an merupakan nikmat rabbani, mendatangkan kebaikan, berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Qur’an mendapat penghargaan khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), keluarga Allah di muka bumi. Sedangkan fadhail akhirat meliputi: Al-Qur’an menjadi penolong (syafaat) penghafalnya, meninggikan derajat di surga, penghafal Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat, diberi tajul karamah (mahkota kemuliaan), kedua orangtuanya diberi kemuliaan, dan pahala yang melimpah.

Apa Kuncinya?
Apa kunci sukses keluarga Mutammimul Ula dan Wirianingsih mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur’an itu? Keseimbangan proses. Walapun mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib adalah jadwal mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Beberapa hal yang mendukung kesuksesan ini adalah upaya mereka menjaga kondisi ruhiyah dalam keluarga:
1. Tidak ada televisi di dalam rumah
2. Tidak ada gambar syubhat
3. Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan nasyid
4. Tidak ada perkataan yang fashiyah (kotor)

Hal yang cukup mendasar yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur’an adalah visi dan konsep yang jelas, yakni menjadikan putra-putrinya seluruhnya hafal Al-Qur’an. Kedua, pembiasaan dan manajemen waktu. Setelah Shubuh dan setelah Maghrib adalah waktu khusus untuk Al-Qur’an yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu masih batita, Wirianingsih konsisten membaca Al-Qur’an di dekat mereka, mengajarkannya, bahkan mendirikan TPQ di rumahnya. Ketiga, mengkomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah. Meskipun kebanyakan di waktu kecil mereka merasa terpaksan, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Qur’an sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal Al-Qur’an, mereka diberi hadiah.

Sumber :http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Istri Solehah

Seorang isteri menangis ketika memandikan jenazah suaminya.. sambil menangis isteri berkata, "ini janji kami sebagai suami isteri.. "jika abang pergi lebih dulu maka engkaulah yang memandikan jenazah abang, Andai engkau yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahmu.."

Dari luar bilik mayat hospital, seorang ustadz masuk dan bertanya apakah istrinya mau memandikan jenazah suaminya.. ustadz tadi bersama beberapa orang menemani si isteri memandikan jenazah suaminya..

Dengan tenang isteri membasuh muka suaminya sambil berdoa, "Inilah wajah suami yang ku sayang tetapi Allah lebih sayang padamu wahai suamiku.. Semoga Allah ampunkan dosamu dan satukan kita di akhirat nanti.."

Saat membasuh tangan jenazah suaminya sambil berkata.. "Tangan inilah yang mencari rezeki yang halal untuk kami, masuk ke mulut kami.. semoga Allah beri pahala untuk mu suami ku.."

Saat membasuh tubuh jenazah suaminya, iapun berkata.. "tubuh inilah yg memberi pelukan kasih syg pd ku dan anak2, smoga Allah beri pahala berganda untukmu wahai suamiku.."

Kemudian saat membasuh kaki jenazah suaminya, kembali ia berkata.. "dengan kaki ini abang keluar mencari rezki utuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata2 untuk mencari sesuap nasi, terima kasih suamiku.. semoga Allah memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan pahala yg berlipat kali gandanya.."

Selesai memandikan jenazah suaminya, si isteri mengucup sayu suaminya dan berkata.. "Terima kasih suamiku.. karena aku bahagia sepanjang mnjadi isterimu dan terlalu bahagia dan trima kasih krna meninggalkan aku bersama permata hatimu yg persis dirimu.. dan aku sbg seorang istri ridha akn kemergianmu karna kasih sayang Allah padamu.."

Subhanallah..
Betapa sucinya hati seorang isteri pada suaminya..

Semoga Bermanfaat
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Kebanggaan Ayah

Bakri diundang ke sekolah anaknya untuk menghadiri peringatan 'Hari Ayah'. Sebenarnya, dia sangat enggan untuk datang karena merasa sudah tua dan memiliki empat anak.

Bahkan, anak tertuanya sudah masuk kuliah. Namun, istri dan anaknya yang keempat mendesaknya untuk datang ke sekolah.

Setiba di sekolah, para ayah kemudian dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menyaksikan penampilan anak-anak mereka menunjukkan kemampuannya. Ada yang menyanyi, menari, menulis, baca puisi, pidato dalam bahasa asing, dan lainnya.

Setiap selesai penampilan, para ayah ini bertepuk tangan sebagai tanda kegembiraan atas kemampuan anaknya. Bakri hanya membatin bahwa dia juga demikian, saat anak pertamanya melakukan hal itu.

Karenanya, ketika tiba giliran anaknya yang bernama Umar, Bakri tampak biasa-biasa saja. Ia menduga, Umar akan menampilkan hal serupa dengan penampilan kawan-kawannya. Namun, dugaannya meleset.

Saat ibu guru sekolah menanyakan kepada Umar akan penampilannya, Umar menjawab bahwa dia ingin tampil bersama Ustaz Amir, guru ekstrakurikuler membaca Alquran di sekolah itu.

Umar mengatakan, ia akan membaca Surah al-Kahfi. Sadar akan jumlahnya banyak (110 ayat), ia meminta Ustaz Amir memilihkan ayat yang akan dibacanya. Saat diminta membaca ayat 1-5, dengan lancar Umar membaca. Dan yang luar biasa lagi, ternyata bacaan Umar sangat indah.

Ia meniru Muhammad Taha al-Junaid, seorang qari cilik yang terkenal dan sering didengar suaranya oleh Umar. Bacaannya begitu tenang dan penuh kedamaian. Kemudian, Ustaz Amir memintanya untuk membaca ayat ke-60. Dan dengan lancar, Umar membaca dengan suara yang juga sangat merdu serta menenangkan jiwa.

Kini, semua mata para ayah tertuju pada Umar. Mereka semua sangat kagum akan kemampuan Umar. Mata para ayah tampak berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap anak-anak mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri, ayah Umar. Ia yang tadinya tak sepenuh hati datang ke sekolah, kini tampak bersemangat.

Belum selesai, Umar lagi-lagi diminta Ustaz Amir untuk membacakan ayat 107-110 Surah al-Kahfi sebagai penutup penampilannya. Maka, Umar pun membacanya tanpa kesalahan. Begitu selesai, Bakri langsung bangkit dan memeluk Umar. Ia begitu bangga dengan buah hatinya. Para ayah yang menyaksikan hal itu pun tampak terharu dengan derai air mata yang membasahi pipi.

Menyudahi suasana haru itu, ibu guru bertanya kepada Umar tentang alasan dia membaca Alquran untuk ayahnya. Umar menjawab, "Ustaz Amir pernah mengajarkan kepadaku agar rajin membaca Alquran. Dan kalau hafal, orang tuanya akan mulia di akhirat. Aku ingin ayah dan ibuku mendapat kemuliaan seperti itu," jawabnya. Semua yang hadir pun memuji kebesaran Allah.

Bakri kemudian meminta izin untuk memberikan sambutan. "Kita menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik agar bisa mengejar kemajuan dunia. Aku juga demikian. Dengan ambisi duniawi, aku menyekolahkan Umar dengan harapan ia akan memiliki masa depan gemilang. Hari ini aku sadar. Anakku justru telah membuat masa depanku gemilang dengan mempelajari dan menghafal Alquran. Terima kasih, anakku. Maafkan ayah yang lupa mendidikmu untuk mempelajari Alquran."

Semoga Bermanfaat
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Kisah Lelaki Calon Penghuni Surga

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur’an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,”Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga”. Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini? Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.

Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.

Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang laki-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?

Akhirnya, para sahabat pun sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon penghuni surga mempersilakannya.

Selama tinggal di rumah laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si sahabat mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui. Tapi ternyata seluruh kegiatannya biasa saja. “Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus,” pikirnya. Tapi ketika malam tiba, si laki-laki pun bersikap biasa saja. Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana biasa. Dia membaca Qur’an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak banyak. Ketika tiba waktunya tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.

Sungguh, si sahabat heran, karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap berlangsung biasa. Apa adanya. Akhirnya, sahabat itu pun pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan Rasulullah. Kemudian dia bertanya,“Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan sehingga kau disebut salah satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong beritahu aku agar aku dapat mencontohmu”.

Si laki-laki menjawab,” Wahai sahabat, seperti yang engkau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu. Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.”

Mendengar penjelasan itu, wajah sang sahabat menjadi berseri-seri. “Terima kasih kawan atas hikmah yang kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini”. Sang sahabat pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.

Semoga Bermanfaat ...

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Thursday, February 14, 2013

Direndahkan, Mejejit Di Luar Dugaan

Pada awalnya Imam ath-Thahawi belajar kepada paman sekaligus gurunya, yakni Imam al-Muzanni. Cukup lama proses belajar mengajar hingga ada kata-kata vonis dari pamannya, “Demi Allah, kamu tidak berbakat (menjadi ulama).”

Kata-kata itu tidak membuat beliau menyerah. Seakan justru menjadi cambuk untuk membuktikan, bahwa beliau berbakat menjadi ulama. Beliau kemudian belajar pada ulama yang lain, terus belajar, menuntut ilmu dan menghafal al-Qur’an. Hingga beliau mencapai derajat yang tinggi dalam hal ilmu. Beliau menjadi tokoh sentral di kalangan madzhab Hanafi, mendapatkan gelar al-‘allamah, al-haafizh al-kabiir dan juga muhaddits ad-diyaar al-mishriyah wa faqiihuha, pakar hadits dan pakar fikih.

Saat beliau mengajar murid-muridnya dan melihat begitu banyaknya orang yang belajar kepada beliau, beliau teringat akan pamannya, lalu bergumam, “Semoga Allah merahmati Abu Ibrahim al-Muzanni, seandainya beliau masih hidup tentulah ia akan membayar kafarah untuk sumpahnya.” -karena sumpahnya yg keliru ketika memvonis beliau tidak berbakat, nyatanya, beliau bisa menjadi ulama-

(Qishshati fi hifzhil Qur'an, Syeikhah Muna Alu 'Ulaiwah)

"Jangan menyerah saat orang lain merendahkan diri kita, buktikan bahwa kita mampu meraih prestasi di luar dugaan".

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamin …
 
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Khaulah Binti Malik (Penyebab Turunnya Ayat 1-2 Surat Al-Mujadillah)

Sastrawati yang rajin beribadah itu, suatu hari datang menemui Rasulullah saw dan bercerita mengenai suaminya (Aus Ibnu Shamit). Khaulah adalah istri dari seorang yang sudah lanjut usia dan buruk perangainya. Suatu hari sang suami memintanya berhubungan, namun Khaulah menolaknya dengan berbagai alasan. Aus ibnu Shamit pun marah dan mengeluarkan kata-kata, “Bagiku, kamu tidak ubahnya seperti punggung ibuku.” Setelah itu ia keluar rumah. Tak lama pria tua itu kembali mendatangi istrinya.

Khaulah pun berkata, “Demi Allah jangan coba mendekatiku. Kamu telah berkata seperti itu. Biarkan Allah dan Rasul-Nya yang menghukumi antara kita.”

Mendengar itu suaminya marah besar. Tanpa menggubris perkataan istrinya, ia segera menarik dan mendekapnya dengan kasar. Sebagaimana perempuan muda yang memiliki tenaga, Khaulah mampu menghindar dari suaminya yang sudah tua dan berlari menuju rumah Rasulullah saw.

Setelah mendengar cerita Khaulah, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka bersabar dan bertakwalah kepada Allah Ta'ala.”

Tak lama setelah itu, turunlah ayat Allah ketika Nabi sedang berselimut hendak tidur. Nabi pun kembali memanggil Khaulah dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan beberapa ayat Al-Qur'an atas perkara kamu dan suamimu.” Lalu beliau membacakan firman-Nya.

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang membantah engkau (ya Muhammad), tentang suaminya dan ia mengadu kepada Allah dan Allah mendengar perbantahan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu (yaitu katanya: engkau seperti punggung ibuku, artinya menjadi haram atasku), tiadalah istri mereka itu menjadi ibunya. Ibu mereka tidak lain hanya perempuan yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka itu mengatakan perkataan yang munkar dan bohong. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha pengampun.” (Al Mujadillah [58] : 1-2)

Sebagai hukuman untuk suami Khaulah, sebelum berkumpul kembali Rasul meminta Khaulah agar suaminya memerdekakan budak, namun ditolak Khaulah karena suaminya seorang yang papa, tak memiliki harta apalagi budak. Lalu Rasul menyuruhnya berpuasa dua bulan berturut-turut, kembali ditolak Khaulah mengingat suaminya sudah renta dan tak kuat berpuasa selama itu. Akhirnya Rasul menyuruh untuk memberi makan 60 orang miskin dan setiap orangnya mendapatkan satu wasaq kurma. Lagi-lagi Khaulah pun menolak, karena suaminya tak memiliki apa-apa bahkan tidak sedikit kurma pun. Maka Nabi membantunya memberikan setandan kurma. Khaulah pun setuju dan akan membantu suaminya dengan memberikan setandan kurma lagi.

Rasul kemudian bersabda, “Sesungguhnya kamu telah berbuat baik. Pergilah dan sedekahkan kurma itu atas nama suamimu. Bilang padanya untuk selalu berbuat baik!”

Itulah kisah Khaulah yang hingga kini menjadi teladan dalam menjaga hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Terlebih lagi jika umur keduanya terpaut jauh. Khaulah tidak mengambil jalan kekerasan dan bertingkah tak layak kepada suaminya yang berperangai buruk. Ia lebih memilih mengadukan kepada Allah dan Rasul-Nya karena berkeyakinan akan mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Semoga Bermanfaat
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Sumber : ummi-online.com

Nasib Orang yang Mengakhirkan Shalat Wajib

Amer Bin Dinar berkata "ada seorang lelaki disebuah desa mempunyai adik perempuan yg tinggal diujung kota. Suatu hari adiknya sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Setelah proses penguburan mayat perempuan itu seLesai, merekapun segera meninggalkan tempat itu. Tapi tiba-tiba ia teringat bahwa ada sesuatu yg tertinggal didalam kuburan adik perempuannya itu. Dia kemudian minta tolong kepada salah seorang teman lelakinya untuk menggali kembali kuburan adiknya itu.

"kami kemudian menggali kuburan tersebut dan kami dapatkan benda yang dicari tadi."
aku berkata kepada temanku " tunggu dulu, aku ingin lihat sedang apa saudariku ini."

Lalu, beberapa batu bata yg menutup lahad tempat mayat adiknya disimpan itu disingkirkan beberapa buah. Ia terkejut, karena tampak didalam lahad tersebut tampak percikan api yg menyala-nyala. Ia pun segera mengembalikan batu-batu lahad dan meratakannya kembali.

Segera ia pulang dan bertanya kepada ibunya "Bu, sebenarnya apa yang telah diperbuat adikku sehingga disiksa seperti itu?" 
"sudahLah jangan ditanya kesalahannya karena dia telah meninggal dunia.

" tolong katakan, bu."

"adikmu suka mengakhirkan shalat ( setelah waktu shalat mau habis, baru melaksanakan shaLat ) , ia juga pernah shalat tanpa berwudhu terlebih dahulu, dan suka mendengarkan pembicaraan aib tetangga lalu menyebarluaskan aib tersbut."

sumber : Buku Ar Ruh, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah) via Kisah Para Nabi & Rosul Allah

Saudara-saudariku ...
Jangan sepelekan waktu shalat. Ketika panggilan Allah berkumandang maka segerakanlah. Karena ada azab bagi yang mengakhirkan shalatnya.

Astaghfirullah haladziim

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamin …

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

7 SIFAT ORANG CERDAS

Menurut Islam orang cerdas ada 7, yaitu :

1) Setiap mulai makan sesuatu, dimulai dengan mengucap basmallah

2) Apabila mengakhiri suatu perbuatan mengucap hamdallah

3) Jika terlanjur berkata jelek/buruk mengucap astagfirullah

4) Jika berjanji, mengucap insya'allah

5) Bila diberi musibah mengucap innalillahi

6) Diberi cobaan yang tidak mampu, membaca lahawalakuata illabilah

7) Lisan untuk dzikir
Sumber : http://www.facebook.com/akumuslimsejati

Wednesday, February 13, 2013

Gadis Itu Kehilangan Kehormatannya

Gadis Itu Kehilangan Kehormatannya

Seorang pemuda yang komitmen beragama maju untuk menikah. Dia mulai mencari calon pasangan perempuan. Syarat satu-satunya adalah agar dia seorang wanita yang komitmen, berakhlak, dan kuat agama. Dan setelah melalui pencarian, kini dia telah menemukan gadis tersebut, sebagaimana ciri-ciri yang diinginkan.

Setelah melamar, dan ketika ia telah bersiap-siap untuk menikah, tiba-tiba calon mempelai perempuan menolak dan mengatakan bahwa dia tidak ingin menikah. Keluarganya terheran melihat keputusannya yang mengagetkan, setelah sebelumnya memberikan kesanggupan. Pemuda itu meminta sang gadis untuk menjelaskan penolakannya, namun justru ia membawakan alasan-alasan yang lemah. Setelah itu, perkaranya ditangani oleh ibunya yang merasa sangat sedih dengan keputusan ini. Terlebih, pemuda itu terkenal dengan bagus akhlak dan budi pekertinya.

Setelah sang ibu mendesaknya, dia (calon mempelai perempuan tersebut) berkata kepada ibunya, “Sesungguhnya Allah Maha menutupi (dosa hamba-hamba-Nya ), dan Dia telah menutupiku. Tinggalkanlah aku dan urusanku…” Di hadapan desakan sang ibu yang sangat bingung dengan perkara itu, dia berterus terang kepada sang ibu bahwa dirinya telah kehilangan kehormatannya, namun dia telah bertaubat. Dan bahwa peristiwa itulah yang menyebabkan sikap komitmennya terhadap agamanya, sekaligus sebab penolakannya untuk menikah. Ia meminta ibunya agar merahasiakan perkara itu, dan bahwa ia akan menebus sebab kesalahannya. Ibunya memikirkan perkara itu dan berkata, “Putriku! Selama kamu telah bertaubat kepada Allah, sedang Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan memaafkan banyak dosa, maka biarkan aku meminta pendapat pemuda itu, barangkali ia akan menerima atau menutupinya…”

Setelah melalui musyawarah dan diskusi yang panjang, gadis itu pun menerima usulan itu. Sang ibu pun pergi, tidak tahu entah bagaimana akan membuka berita buruk ini kepada sang calon pengantin. Setelah sempat bimbang, tidak lama kemudian ia meminta supaya pemuda itu menemuinya.

Ketika pemuda itu datang, ia membuka permasalahan itu kepadanya dan meminta pendapatnya. Ia menceritakan bahwa putrinya menjadi komitmen terhadap agama setelah perbuatan itu dan telah bertaubat kepada Allah, inilah sebab penolakannya untuk menikah…

Pemuda itu berpikir sejenak, kemudian berkata kepadanya, “Saya sepakat untuk menikah dengannya selama ia telah bertaubat dan kembali kepada Allah dan istiqamah. Dahulu sebelum komitmenku terhadap agama, aku sendiri berada dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Sementara kita tidak tahu siapakah yang diterima taubatnya di sisi Allah.”

Wajah sang ibu itu berseri mendengar berita gembira ini dan segera pergi menemui putrinya dengan penuh suka cita, dan dalam waktu yang bersamaan ia merasa takjub dengan sikap ksatria dan keputusan baik pemuda itu, lalu memberitahukan kabar gembira itu kepada putrinya. Dan pernikahan pun terlaksana.

Ketika bertemu, sang wanita banyak menangis. Sementara bahasa isyaratnya mengatakan, “Betapa engkau laki-laki cerdas. Aku akan menjadi istri yang taat bagimu.” Dan Allah pun mempertemukan mereka berdua dengan kebaikan.
sumber : http://www.facebook.com/pages/ISTRI-SHOLEHAH-CALON-RATU-BIDADARI-SYURGA/221950571156964

Tuesday, February 12, 2013

KEINDAHAN HUKUM DI ZAMAN UMAR BIN KHATTAB

Izinkan mericau tentang sebuah kisah keagungan dan keindahan hukum. Agar tetap terjaga harap dan sangka baik untuk negeri ini.

Umar sedang duduk beralas surban di bebayang pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Sahabat di sekelilingnya bersyura’ bahas aneka soal. Tiga orang pemuda datang menghadap; dua bersaudara berwajah marah yang mengapit pemuda lusuh yang tertunduk dalam belengguan mereka.

“Tegakkan keadilan untuk kami, hai Amirul Mukminin,” ujar seorang. “Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatannya!”
Umar bangkit. “Bertakwalah kepada Allah,” serunya pada semua. “Benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?” selidiknya.

Pemuda itu menunduk sesal. “Benar wahai Amirul Mukminin!” jawabnya ksatria. “Ceritakanlah pada kami kejadiannya!” tukas Umar.
“Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan berbagai urusan muamalah untuk kuselesaikan di kota ini,” ungkapnya. “Saat sampai,” lanjutnya, “kutambatkan untaku di satu tunggul kurma, lalu kutinggalkan ia. Begitu kembali, aku terkejut dan terpana. Tampak olehku seorang lelaki tua sedang menyembelih untaku di lahan kebunnya yang tampak rusak terinjak dan ragas-rigis tanamannya. Sungguh aku sangat marah dan dengan murka kucabut pedang hingga terbunuhlah si bapak itu. Dialah rupanya ayah kedua saudaraku ini.”

“Wahai, Amirul Mukminin,” ujar seorang penggugat, “kau telah mendengar pengakuannya, dan kami bisa hadirkan banyak saksi untuk itu.”

“Tegakkanlah had Allah atasnya!” timpal yang lain. Umar galau dan bimbang setelah mendengar lebih jauh kisah pemuda terdakwa itu. “Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya,” ujar Umar, “dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat.”

“Izinkan aku,” ujar Umar, “meminta kalian berdua untuk memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu.”

“Maaf Amirul Mukminin,” sergah kedua pemuda dengan mata masih menyala merah; sedih dan marah, “kami sangat menyayangi ayah kami. Bahkan andai harta sepenuh bumi dikumpulkan untuk membuat kami kaya,” ujar salah satu, “hati kami hanya akan ridha jika jiwa dibalas dengan jiwa!”

Umar yang tumbuh simpati pada terdakwa yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab; tetap kehabisan akal yakinkan penggugat.

“Wahai Amirul Mukminin,” ujar pemuda tergugat itu dengan anggun dan gagah, “tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha kepada ketentuan Allah,” lanjutnya, “hanya saja izinkan aku menunaikan semua amanah dan kewajiban yang tertanggung ini.”

“Apa maksudmu?” tanya hadirin. “Urusan muamalah kaumku,” ujar pemuda itu, “berilah aku tangguh 3 hari untuk selesaikan semua. Aku berjanji dengan nama Allah yang menetapkan qishash dalam Al-Qur`an, aku akan kembali 3 hari dari sekarang untuk menyerahkan jiwaku.”

“Mana bisa begitu!” teriak penggugat. “Nak,” ujar Umar, “tak punyakah kau kerabat dan kenalan yang bisa kaulimpahi urusan ini?”

“Sayangnya tidak Amirul Mukminin. Dan bagaimana pendapatmu jika kematianku masih menanggung utang dan tanggungan amanah lain?”

“Baik,” sahut Umar, “aku memberimu tangguh 3 hari, tapi harus ada seseorang yang menjaminmu bahwa kau akan menepati janji untuk kembali.”

“Aku tidak memiliki seorang kerabat pun di sini Hanya Allah, hanya Allah, yang jadi penjaminku wahai orang-orang yang beriman kepada-Nya,” rajuknya.

“Harus orang yang menjaminnya!” ujar penggugat, “andai pemuda ini ingkar janji, siapa yang akan gantikan tempatnya untuk diqishash?”

“Jadikan aku penjaminnya, hai Amirul Mukminin!” sebuah suara berat dan berwibawa menyeruak dari arah hadirin. Itu Salman Al-Farisi.

“Salman?” hardik Umar, “Demi Allah engkau belum mengenalnya! Demi Allah jangan main-main dengan urusan ini! Cabut kesediaanmu!”

“Pengenalanku kepadanya, tak beda dengan pengenalanmu ya Umar,” ujar Salman, “aku percaya kepadanya sebagaimana engkau memercayainya.”

Dengan berat hati, Umar melepas pemuda itu dan menerima penjaminan yang dilakukan oleh Salman baginya. Tiga hari berlalu sudah. Detik-detik menjelang eksekusi begitu menegangkan. Pemuda itu belum muncul. Umar gelisah mondar-mandir. Penggugat mendecak kecewa. Semua hadirin sangat mengkhawatirkan Salman. Sahabat perantau negeri; pengembara iman itu mulia dan tercinta di hati Rasul dan sahabatnya
Mentari di hari batas nyaris terbenam; Salman dengan tentang dan tawakkal melangkah siap ke tempat qishash. Isak pilu tertahan. Tetapi sesosok bayang berlari terengah dalam temaram; terseok, terjerembab, lalu bangkit dan nyaris merangkak. “Itu dia!” pekik Umar.

Pemuda itu dengan tubuh berkuah peluh dan napas putus-putus ambruk di pangkuan Umar. “Maafkan aku,” ujarnya, “hampir terlambat. Urusan kaumku memakan banyak waktu. Kupacu tungganganku tanpa henti hingga ia sekarat di gurun dan terpaksa kutinggalkan, lalu kuberlari.”

“Demi Allah,” ujar Umar sambil menenangkan dan meminumi, “bukankah engkau bisa lari dari hukuman ini? Mengapa susah payah kembali?”

“Supaya jangan sampai ada yang mengatakan,” ujar terdakwa itu dalam senyum, “di kalangan Muslimin tak ada lagi ksatria tepat janji.”

“Lalu kau, hai Salman,” ujar Umar berkaca-kaca, “mengapa mau-maunya kau jadi penjamin seseorang yang tak kaukenal sama sekali?”

“Agar jangan sampai dikatakan,” jawab Salman teguh, “di kalangan Muslimin tak ada lagi saling percaya dan menanggung beban saudara.”

“Allahu Akbar!” pekik dua pemuda penggugat sambil memeluk terdakwanya, “Allah dan kaum Muslimin jadi saksi bahwa kami memaafkannya.”

“Kalian,” kata Umar makin haru, “apa maksudnya? Jadi kalian memaafkannya? Jadi dia tak jadi diqishash? Allahu Akbar! Mengapa?”

“Agar jangan ada yang merasa,” sahut keduanya masih terisak, “di kalangan kaum Muslimin tak ada lagi kemaafan dan kasih sayang.”
Demikian Shalihin-Shalihat kisah kasus hukum di zaman Umar.

Moga hikmah bisa terambil.
Kisah diambil dari buku ‘Menyimak Kicau Merajut Makna’

Monday, February 11, 2013

(Kisah Nasehat) Kabel Dan Cahaya Lampu

"SAYANG, ayo kita shalat. Tuh dengar adzan telah berbunyi," ujar seorang ibu kepada anaknya yang tengah asyik nonton televisi. "Sebentar lagi dong, ini lagi seru-serunya," jawab sang anak. Ibu itu kemudian mendekat, "Sayang, tidak baik menunda-nunda shalat. Ini kan haknya Allah. Ayo matikan tivinya!" "Iya deh," jawab sang anak sambil beranjak dari tempat duduk. Ia terlihat sangat kecewa karena harus meninggalkan televisi.

Selama di kamar mandi, si anak terus menggerutu. "Ah..Ibu, tiap hari menggangu saja. Lagi enak-enaknya nonton disuruh shalat. Lagi seneng- senengnya main disuruh shalat. Lagi nyeyak tidur disuruh shalat. Harus baca Quran lah. Harus ikut pengajian lah. Harus ini … harus itu …! Bikin pusiiiing.

SELEPAS shalat berjamaah, anak itu bertanya dengan nada protes. "Bu, kenapa sih kita harus shalat, harus puasa, harus baca Al-Quran, dan harus belajar? Bukankah itu mengganggu kesenangan kita? Lagi pula, menurut saya, semua itu tidak ada gunanya, tidak mendatangkan hasil." Si Ibu sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia pun terdiam beberapa saat. Ada sedikit kemarahan yang muncul dalam hatinya. Tapi ia segera sadar bahwa yang bertanya adalah anak kecil, yang belum tahu apa-apa selain main dan bersenang-senang.

Sang Ibu beranjak mengambil sebuah lampu yang menempel di dinding kamar anaknya. Sesaat kemudian ia berkata, "Anakku sayang, kamu lihat lampu ini. Ia begitu indah. Bentuknya lonjong dengan dindingnya terbuat dari kaca yang bening. Tiap malam engkau bisa belajar, mengerjakan PR, dan nonton televisi, salah satu sebabnya karena diterangi lampu ini."

"Sayang, tahukah kamu mengapa lampu ini bisa menyala?" lanjut si Ibu. "Ya, karena ada energi listrik yang berubah jadi cahaya," jawab sang anak. "Benar sekali jawabanmu. Lalu apa yang menyambungkan lampu ini dengan sumber listrik tadi?" tanya si ibu lebih lanjut. Sang anak pun menjawab dengan pasti, "Yang menyambungkan lampu dan sumber listrik adalah kabel." "Pintar sekali kamu," timpal si Ibu memuji.

"Nah, sekarang kamu pasti tahu, bila tidak ada kabel pasti lampu ini tidak akan nyala dan kamar ini pasti gelap. Bila demikian, ia tidak akan ada manfaatnya lagi, dan kamu tidak bisa belajar dan nonton tivi."

Sang Anak belum paham mengapa ibunya menceritakan lampu itu kepadanya. "Apa maksud Ibu?" tanyanya kemudian.

Ibu itu kembali berkata, "Anakku sayang, Allah itu sumber cahaya dalam hidup. Kita adalah lampunya. Ibadah yang kita lakukan menjadi kabel atau tali penghubungnya. Ibadah dapat menghubungkan antara Allah dengan manusia, tepatnya antara Allah dengan kita. Bila tidak mau beribadah, hidup kita akan gelap. Kita akan tersesat dan takkan berguna sedikit pun, seperti tak bergunanya lampu yang tak bercahaya." Ibu itu melanjutkan, "Jadi, shalat, bersedekah, membaca Al-Quran, ataupun belajar adalah kabel yang akan menghubungkan kita dengan Allah."

Mendengar semua itu, sang anak tampak tertegun. Dalam hatinya timbul penyesalan akan sikapnya yang selalu menganggap remeh ibadah. Ia pun berkata, "Kalau begitu aku tidak akan meninggalkan shalat lagi dan akan membaca Al-Quran tanpa harus disuruh. Bu, maafkan saya ya!"

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …


Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

ANAK yang MENGERASKAN SUARANYA DI MASJID

Seorang imam masjid mengisahkan. Ada seorang anak kecil yang umurnya belum mencapai 10 tahun. Dia selalu menjalankan shalat berjamaah di masjid, dan selalunya berusaha menempati shaf paling depan. Anak itu biasa mengeraskan suara saat shalat, terutama tatkala saya selesai membaca al-fatihah, si anak membaca “aamiin” dengan suara sangat keras.

Suatu kali, saya ingin menasihati anak ini agar merubah kebiasaannya. Akan tetapi setiap kali saya selesai shalat dan berdzikir anak itu telah pergi, saya tidak sempat berbicara dengannya.

Hingga suatu kali, setelah selesai shalat saya langsung memegang tangan anak itu sebelum ia pergi. Lalu saya bertanya, “Nak, mengapa kamu sering berteriak keras sewaktu shalat?”

Anak itu menjawab : Rumah saya dekat dengan masjid, tapi ayah tidak pernah ke masjid sama sekali. Saya mengeraskan suara agar ayah mendengar suaraku melalui loudspeaker masjid. Dengan begitu ayah tahu bahwa saya shalat di masjid. Saya berharap ayah segera menyusul ke masjid setelah mendengar suara saya.

Imam tersebut melanjutkan ceritanya, “Betapa merinding bulu kudukku ketika mendengar jawaban anak ini. Maka saya bersepakat dengan sebagian jamaah untuk mengunjungi ayah dari anak tersebut untuk memberikan nasihat dan menceritakan apa yang dilakukan anaknya di masjid.

Hingga akhirnya sang ayah bisa tertib menjalankan shalat jamaah di masjid, Allahu akbar walillahilhamd

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Burung Sehat dan Burung Cacat

Syaqiiq al-Balkhi adalah teman dari Ibrahim bin Ad-ham yang dikenal ahli ibadah, zuhud dan tinggi tawakalnya kepada Allah. Hingga pernah sampai pada tataran enggan untuk bekerja. Penasaran dengan keadaan temannya, Ibrahim bin Ad-ham bertanya, “Apa sebenarnya yang menyebabkan Anda bisa seperti ini?”

Syaqiiq menjawab, “Ketika saya sedang dalam perjalanan di padang yang tandus, saya melihat seekor burung yang patah kedua sayapnya. Lalu saya berkata dalam hati, aku ingin tahu, dari mana burung itu mendapatkan rizki. Maka aku duduk memperhatikannya dari jarak yang dekat. Tiba-tiba datanglah seekor burung yang membawa makanan di paruhnya. Burung itu mendekatkan makanan ke paruh burung yang patah kedua sayapnya untuk menyuapinya. Maka saya berkata dalam hati, “Dzat yang mengilhami burung sehat untuk menyantuni burung yang patah kedua sayapnya di tempat yang sepi ini pastilah berkuasa untuk memberiku rejeki di manapun aku berada.” Maka sejak itu, aku putuskan untuk berhenti bekerja dan aku menyibukkan diriku dengan ibadah kepada Allah.

Mendengar penuturan Syaqiiq tersebut Ibrahim berkata, “Wahai Syaqiiq, mengapa kamu serupakan dirimu dengan burung yang cacat itu? Mengapa Anda tidak berusaha menjadi burung sehat yang memberi makan burung yang sakit itu? Bukankah itu lebih utama? Bukankah Nabi saw bersabda,

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى


“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?” Sudah selayaknya bagi seorang mukmin memilih derajat yang paling tinggi dalam segala urusannya, sehingga dia bisa mencapai derajat orang yang berbakti?

Syaqiiq tersentak dengan pernyataan Ibrahim dan ia menyadari kekeliruannya dalam mengambil pelajaran. Serta merta diraihnya tangan Ibrahim dan dia cium tangan itu sambil berkata, “Sungguh, Anda adalah ustadzku, wahai Abu Ishaq (Ibrahim).”(Tarikh Dimasyqi, Ibnu Asakir)

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya ALlah ya Rabbal’alamin …

Sumber: http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Asuransi Ilahi

Ada dua saudagar salah satunya berasal dari Kuwait dan satunya lagi berasal dari Saudi Arabia. Mereka adalah dua sahabat karib yang dipersatukan oleh satu agama: Islam. Diantara mereka sama-sama saling mencintai, sehingga mereka menjadi dua saudara yang masing-masing mencintai yang lainnya seperti mencintai diri sendiri. Mereka bersepakat untuk melakukan apiliasi dalam usaha bisnis yang bisa mempererat tali persaudaraan ini dan mengokohkan bangunannya. Allah telah membimbing mereka dalam bisnis yang legal, dan keduanya menjadi teladan yang baik bagi Ukhuwah Islamiyah yang tulus dan sejati. Bisnis mereka pun maju pesat dan menjadi besar. Banyak sekali proyek yang mereka garap, dan atas karunia Allah Ta’ala proyek-proyek itu meraup keuntungan yang sangat banyak.

Pada suatu hari, keduanya duduk berbincang-bincang mengenai berbagai hal diantara mereka. Saudagar yang berkebangsaan Kuwait berkata kepada rekannya, “Kenapa kita tidak mengasuransikan bisnis kita ini?”

Rekannya itupun menimpali ucapannya, “Buat apa kita mengasuransikan bisnis kita?”

Dia berkata “Kebanyakan komoditi kita datang melalui jalur laut dan tentu terhadap insiden. Seandainya saja terjadi ‘semoga saja tidak’ sesuatu yang tidak diinginkan terhadap komoditi kita, maka kita tidak akan mengalami kerugian apa pun, dan perusahaan asuransi akan mengganti semua kost biayanya. Lalu apa pendapatmu?”

Rekannya berkata kepadanya, “Tidak tahukah kamu bahwa kita sudah mengasuransikan seluruh komoditi kita”.

Dia bertanya, “Kepada siapa?”

“Kepada Allah Ta’ala” Jawab rekannya.

Dia berkata, “Sebaik-baik Dzat yang dipasrahi. Akan tetapi sikap kehati-hatian itu harus”.

Rekannya kembali berkata, “Bukankah kita sudah mengeluarkan zakat bisnis kita?”

Dia menjawab, “Benar”

“Kalau begitu, janganlah kamu takut pada apa pun. Ini merupakan asuransi terhadap komoditi kita yang paling aman. Bertawakallah kepada Allah dan jangan panik”. Ujar rekannya kepadanya.

Dia pun berucap, “Aku beriman kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya”.

Hari-hari berlalu sedang bisnis mereka semakin maju dan berkembang. Suatu hari, salah satu kapal kargo mengangkut banyak sekali barang komoditas. Di antaranya barang dagangan kedua saudagar ini. Sebelum sampai ke pelabuhan, kapal itu mengalami kecelakaan dan akibatnya kapal pun karam.

Seseorang memberi tahu dua saudagar itu, dan seketika mereka pun tergopoh-gopoh menuju pelabuhan. Di sana, keduanya berdiri
mengamati aktifitas penyelamatan. Seorang dari mereka tetap tenang dan tak gundah hatinya, sedang yang lainnya terlihat sedikit panik dan gusar. Rekannya berkata kepadanya, “Kamu jangan panik, sesungguhnya
Allah bersama kita”.

Setelah tuntas semua prosesi penyelamatan. Apa yang terjadi?

Sungguh amat mencengangkan. Hampir seluruh barang komoditi tenggelam dan rusak. Kecuali barang dagangan kedua rekan bisnis ini. Barang dagangan mereka bisa dikeluarkan dari kapal dalam kondisi baik, tak tersentuh apa pun. Rekannya berujar kepadanya, “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa barang dagangan kita dijamin Dzat yang tak akan menyia-nyiakan semua titipan dan amanat”.

Dia berkata, “Kamu benar, wahai sobatku”. Demi Allah, kepercayaanku pada Allah tidak pernah pudar, dan aku pun tidak pernah merasa cemas dan panik. Aku percaya sepenuhnya bahwa Allah Ta’ala akan menyelamatkan barang dagangan kita. Hal itu karena
kita rajin mengeluarkan zakat dengan penuh kerelaan dan keimanan, dan ini merupakan jaminan terbesar dan asuransi paling kuat”. Ujar rekannya kepadanya.

Dia pun berkata, “Dan aku juga demikian, meski aku merasa sedikit cemas”.

Akan tetapi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana seluruh komoditi tenggelam kecuali komoditi kedua saudagar ini?

Kejadiannya adalah pada waktu semua barang komoditi diangkut ke atas kapal, maka barang dagangan kedua saudagar ini dikelilingi karung-karung berisi tepung dalam jumlah yang besar. Ketika kapal tenggelam dan air mulai masuk ke dalamnya, maka air itu pun merusak seluruh komoditi yang ada selain komoditi kedua saudagar ini. Air tersebut tidak sampai kepadanya karena terhambat dan terhalang oleh karung-karung yang berisi tepung tadi. Mengingat, pada saat air sampai kepada karung-karung yang berisi tepung itu, maka tepung itu sedikit larut lalu melahap air itu dan dia pun menjadi keras. Tepung itu menjadi seperti tembok yang membentengi komoditi tersebut sehingga -atas izin Allah- air pun tidak sampai menjangkaunya.

Kedua saudagar ini adalah dua insan yang beriman kepada Allah dengan tulus. Kepercayaannya kepada Allah sangat kuat, takkan pernah goyah selamanya. Keduanya senantiasa menunaikan hak Allah atas diri mereka dengan mengeluarkan zakat. Hal itu merupakan asuransi yang paling utama dan paling kuat. Maka, Allah pun melindungi harta mereka.

Allah berfirman

وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ


“Dan tetapkanlah untuk kami di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau”. Allah berfirman, “siksaKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”.(Al-A’raf : 156).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Bentengilah harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah, dan hadapilah cobaan dengan do’a.” (HR. Al Baihaqi dan Thabrani, dishahihkan Syaikh Al Albani). 

Semoga Bermanfaat ....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya ALlah ya Rabbal’alamin …

Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA

Sumber: http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814 

TAK APA - APA, ITU BAIK

Diceritakan bahwa ada seorang arif, yang ketika ditimpa musibah, berkata, "Tak apa-apa, itu baik." Pada suatu malam, seekor serigala datang dan memakan ayamnya. Ketika diberitahu, ia menjawab, "Tidak apa-apa". Di malam berikutnya anjingnya mati. Saat diberitahu ia menjawab, "Semuanya baik-baik saja". Lalu, besok harinya keledainya juga mati. Ia tetap berkata, "Tak apa". Keluarganya tidak menyukai jawabannya itu.

Namun, pada malam berikutnya, sekelompok orang menyerang desa itu dan membunuh semua penduduknya. Tidak ada yang selamat kecualu si arif dan keluarganya. Ternyata, gerombolan itu mendatangi penduduk mengikuti suara ayam, gonggongan anjing, dan bunyi keledai. Sementara, si arif itu tak lagi memilikinya. Kematian hewan-hewan itu menjadi sebab keselamatannya.

Mahasuci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Saudara-saudariku . . . Seringkali kita menginginkan sesuatu, namun Dia memalingkannya dari kita. Akibatnya, kita merasa sedih dan terus menginginkannya. Namun, ketika akhir dan akibat dari apa yang kita hasratkan itu tersingkap, barulah kita menyadari bahwa Allah melihat kita dengan pandangan yang baik dari arah yang tidak kita ketahui dan memilih kita untuk kita dari arah yang tidak kita ketahui. Sungguh buruk seorang hamba yang tidak paham dan tidak pasrah kepada-Nya.

Disarikan dari kitab 'al Tanwir fi isqath al Tadbir karya Ibn 'Atha'illah al-Sakandari.

Sumber: http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Hati Yang Diam Kala Terluka

Seorang dokter ahli bedah bergegas menuju rumah sakit begitu dihubungi pihak rumah sakit karena seorang pasien dalam kondisi kritis harus segera dioperasi. Begitu sampai dia mempersiapkan diri,mandi dan bersalin pakaian.

Sejenak sebelum masuk keruangan operasi ia bertemu dengan ayah pasien yang raut wajahnya memendam cemas bercampur marah. Dengan ketus laki-laki itu mencecar sang dokter,''Kenapa lama sekali dokter! Tidak taukah lama anda anak saya sedang kritis? Mana tanggung jawab anda sebagai dokter?''

Dokter bedah itu menjawab dalam senyum, ''Saudaraku saya sangat menyesal atas keterlambatan ini. Tadi saya sedang berada diluar, tetapi begitu dihubungi saya langsung menuju kesini. Semoga anda maklum dan dapat merasa tenang sekarang. Doakan semoga saya dapat melakukan tugas ini dengan baik,dan yakinlah bahwa ALLAH akan menjaga anak anda.''

Keramahan sang dokter ternyata tidak meredamkan amarah si bapak,bahkan suaranya mengguntur. ''Anda bilang apa?Tenang!?Sedikitpun anda tidak peduli rupannya,apakah anda bisa tenang jika anak anda yang sekarat?--semoga ALLAH mengampuni anda--apa yang akan anda lakukan jika anak anda meninggal?''

Sambil tetap mengulas senyum dokter menanggapi,''Bila anak saya meninggal saya akan mengucapkan seperti yang difirmankan ALLAH: ''Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi roji'in.

Dokter itu melanjutkan,''Adakah ucapan belasungkawa yang lain bagi orang beriman? Maaf Pak,dokter tidak dapat memperpanjang usia tidak juga memendekkannya. Usia ditangan ALLAH. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putra anda. Hanya saja kondisi anaknya kelihatannya cukup parah,oleh karena itu jika terjadi yang tidak kita inginkan ucapkanlah inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Saran saya,sebaiknya anda pergi ke mushola rumah sakit untuk memperbanyak sholat dan doa kepada ALLAH agar Dia menyelamatkan anak anda''. Tambahnya.

Laki-laki orang tua pasien menanggapi dengan sinis,''Nasehat itu memang mudah,apalagi untuk orang yang tidak punya hubungan dengan anda."

Sang dokter segera berlalu masuk ruangan operasi. Operasi berlangsung beberapa jam,lalu sang dokter keluar tergerasa-gesa dan berkata kepada orang tua pasien,''Berbahagialah Pak, alhamdulillah operasi berjalan lancar ,anak anda akan baik-baik saja. Maaf, saya harus segera pergi, perawat akan menjelaskan kondisi anak anda lebih rinci."

Orang tua pasien tersebut tampak berusaha mengajukan pertanyaan lain,tetapi sang dokter segera beranjak pergi. Selang beberapa menit,sang anak keluar dari ruang operasi disertai seorang perawat.

Seketika orang tua anak itu berkata,"Ada apa dengan dokter egois itu,tidak sedikitpun memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya tentang kondisi anak saya?"

Tak dinyana perawat tersebut menangis terisak-isak dan berkata,"Kemarin putra beliau meninggal dunia akibat kecelakaan. Ketika kami hubungi, dia sedang bersiap-siap untuk mengebumikan putranya itu. apa boleh buat, kami tidak punya dokter bedah yang lain; oleh karena itu begitu selesai operasi dia bergegas pulang untuk melanjutkan pemakaman putranya. Dia telah berbesar hati meninggalkan sejenak segala kesedihannya atas anaknya yang meninggal demi menyelamatkan hidup anak anda."

Ya ALLAH rahmatillah hati yang meski terluka,namun tidak bicara.
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamin … 
Sumber : http://www.facebook.com/pages/Kisah-Kisah-Teladan-Islami-Penuh-Hikmah/156341124419814

Visitors